Artikel

Potensi Bahaya Residu Antibiotik Nitrofuran di Produk Pangan

Di era yang berkembang pesat ini produk olahan pangan sangat bervariasi, mulai dari olahan daging, olahan susu dan lain-lain. Namun semakin bervariasinya produk olahan pangan membuat kita semakin waspada mengenai keamanannya. Apakah produk yang kita konsumsi bebas dari cemaran berbahaya atau tidak. Cemaran pangan merupakan zat yang tidak sengaja dikehendaki atau ada dalam pangan yang

Read More »

Potensi Bahaya Residu Antibiotik Nitrofuran di Produk Pangan

Di era yang berkembang pesat ini produk olahan pangan sangat bervariasi, mulai dari olahan daging, olahan susu dan lain-lain. Namun semakin bervariasinya produk olahan pangan membuat kita semakin waspada mengenai keamanannya. Apakah produk yang kita konsumsi bebas dari cemaran berbahaya atau tidak. Cemaran pangan merupakan zat yang tidak sengaja dikehendaki atau ada dalam pangan yang kehadirannya berasal dari lingkungan atau proses dalam rantai pangan. Salah satu cemaran dalam pangan adalah residu antibiotik.  

Pada hewan, antibiotik digunakan untuk terapi atau pengobatan dan pemacu pertumbuhan. Pemberian antibiotik yang tidak tepat pada hewan dapat membentuk residu. Residu antibiotik biasa ditemukan pada produk olahan hewan seperti olahan susu ataupun olahan daging. Ada beberapa macam antibiotik yang biasa diberikan pada hewan ternak, diantaranya adalah penisilin, kuinolon, sulfonamid, nitrofuran dan kloramfenikol. Nitrofuran merupakan salah satu antibiotik yang diberikan pada hewan untuk membantu pertumbuhan dan menangani infeksi protozoa dan bakteri.  

Di tahun 1991, Food and Drug Administration (FDA) menarik produk olahan hewan yang mengandung nitrofuran karena kekhawatiran pada karsinogenitasnya. Nitrofurazone yang merupakan salah satu senyawa golongan nitrofuran telah terbukti menyebabkan tumor payudara dan tumor ovarium pada tikus. Pada Februari 2002, FDA melarang penggunaan obat topikal nitrofuran pada hewan ternak karena dapat menghasilkan residu pada jaringan hewan dan dapat membahayakan jika dikonsumsi manusia. Saat ini beberapa negara seperti USA, Filipina, Brazil, Thailand, Australia, Kanada, dan Uni Eropa melarang penggunaan nitrofuran pada hewan ternak dikarenakan kekhawatiran akan residu yang bersifat karsinogenik dan mutagenik pada produk olahan hewan. Di Indonesia, melalui Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 39/PERMEN-KP/2015 Tahun 2015 tentang Pengendalian Residu Obat Ikan, Bahan Kimia, Dan Kontaminan Pada Kegiatan Pembudidayaan Ikan Konsumsi menetapkan batas minimum kerja laboratorium untuk senyawa golongan nitrofuran pada olahan udang dan ikan adalah 1 µg/kg (1 ppb).  

Ada lima senyawa golongan nitrofuran yang biasa digunakan sebagai antibiotik atau pengobatan ternak, diantaranya adalah Nifursol, Furazolidone, Furaltadone, Nitrofurazone, dan Nitrofurantoin. Antibiotik nitrofuran bersifat tidak stabil dalam tubuh dan mudah terurai setelah tertelan. Akan tetapi, nitrofuran menjadi lebih stabil dalam bentuk metabolitnya dan terikat dalam jaringan serta dapat bertahan di dalam hati dan otot selama berminggu-minggu. Sehingga untuk mendeteksi keberadaan nitrofuran dalam olahan hewan hanya bisa dilakukan dengan mendeteksi senyawa hasil metabolitnya sebagai penanda, diantaranya adalah 3-amino-2-oxazolidinone (AOZ) penanda residu untuk furazolidone, 3-amino-5-morpholynomethyl-2-oxazolidinone (AMOZ) penanda residu untuk furaltadone, semikarbazida (SEM) penanda residu untuk nitrofurazone, 3,5-dinitrosalicylic acid hidrazine untuk penanda nifursol (DNSAH), dan 1-aminohidantoin (AHD) penanda untuk nitrofurantoin. Dari hasil metabolit tersebut kemudian diderivatisasi menggunakan 2-nitrobenzaldehid. 

A screenshot of a computer

Description automatically generated
Senyawa Induk Nitrofuran, Hasil Metabolit, dan Derivatnya, Sumber : (Torre et al., 2015).

Residu nitrofuran dianalisis menggunakan HPLC dengan detektor tandem massa (LC-MS-MS), dikarenakan batas minimum kerja di laboratorium senyawa golongan nitrofuran menurut Peraturan Menteri Perikanan dan Kelautan yang telah disebutkan di atas adalah 1 µg/kg (1 ppb) yang mana batas tersebut amatlah kecil, sehingga dibutuhkan alat yang memiliki selektifitas dan sensitifitas tinggi. Shimadzu telah mengembangkan metode untuk analisis kuantitatif residu nitrofuran menggunakan LCMS-8045 yang dapat dilihat melalui application note Shimadzu dengan judul Determination of nitrofuran metabolite residues in shrimp by LC-MS/MS. dalam application note tersebut, Shimadzu berhasil menganalisa 4 senyawa derivat metabolit nitrofuran di antaranya adalah AMOZ, SEM, AHD, dan AOZ dengan rentang konsentrasi : 0.5-20 ppb dan mendapatkan regresi linear >0.999. 

Kromatogram Derivat Metabolit Nitrofuran pada 0.5 ppb, Sumber: Shimadzu

LCMS-8045 adalah salah satu LCMS entry level Shimadzu yang terbaru yang memiliki sensitivitas yang sangat tinggi untuk mendukung pengujian residu antibiotik dengan kadar yang sangat rendah. Didukung dengan UHPLC Nexera LC-40, LCMS-8045 ini akan sangat memudahkan pengujian sehari-hari dengan fitur Analytical Intellegence yang dapat membuat alat ini dapat beroperasi secara otomatis.

Shimadzu LCMS-8045

Brosur LCMS-8045 : Download disini

Application Note Terkait : Download disini

Info dan diskusi : ams@ditekjaya.co.id

Referensi : 

  1. Barbosa, J., Moura, S., Barbosa, R., Ramos, F., & Silveira, M. I. N. D. (2007). Determinationof nitrofurans in animal feeds by liquid chromatography-UV photodiode array detection and liquid chromatography-ionspray tandem mass spectrometry. Analytica Chimica Acta, 586(1–2), 359–365. https://doi.org/10.1016/j.aca.2006.11.053 
  1. Martos, P., & Shurmer, B. (2012). Sample Preparation Techniques for the Determination of Veterinary Drugs in Food Matrices. In Comprehensive Sampling and Sample Preparation (pp. 405–414). Elsevier. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-381373-2.00141-1 
  1. Qiu, X., Yao, J., Zhan, S., Huang, T., Kawano, S., & Hashi, Y. (2013). Determination of the Derivatives of Nitrofuran Metabolites in Marine Products by Ultra High Performance Liquid Chromatography / Triple Quadrupole Mass Spectrometry. Shimadzu Corporation
  1. Torre, C. A. L. D. L., Blanco, J. E., Silva, J. T., Paschoalin, V. M. F., & Conte Júnior, C. A. (2015). Chromatographic detection of nitrofurans in foods of animal origin. Arquivos Do Instituto Biológico, 82(0). https://doi.org/10.1590/1808-1657000532013 
  1. Tripathi, A., Suriyamoorthy, P., & Rawson, A. (2023). Nitrofuran residues in animal sourced food: Sample extraction and identification methods – A review. Food Chemistry Advances, 3, 100396. https://doi.org/10.1016/j.focha.2023.100396 
  1. Yani, N., Taha, S. R., & Nugroho, T. A. E. (2022). UJI RESIDU ANTIBIOTIK PADA DAGING AYAM BROILER YANG DIJUAL DI PASAR MODERN. Gorontalo Journal of Equatorial Animals. 1(2). 
  1. Istana UMKM. 2022. Keamanan dan Jenis Cemaran dalam Pangan. https://istanaumkm.pom.go.id/pangan/keamanan-dan-jenis-cemaran-dalam-pangan. 13 Desember 2023 (10:17). 
  1. U.S. Food & Drug Administration. 2023. Import Alert 16-129. https://www.accessdata.fda.gov/cms_ia/importalert_31.html. 19 Desember 2023 (11:36). 
  1. Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 39/PERMEN-KP/2015. Pengendalian Residu Obat Ikan, Bahan Kimia, Dan Kontaminan Pada Kegiatan Pembudidayaan Ikan Konsumsi. 15 Desember 2015. Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Jakarta. 

SHARE :

Share on facebook
Share on twitter
Share on whatsapp

MORE NEWS